TAREKAT QODIRIYAH
MAKALAH
Ditulis
sebagai Tugas Ujian Praktek pada Mata Pelajaran Akhlak
Oleh: Irma Rismawati
Guru Pembimbing
ISNAINI, M. Pd. I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sesudah abad ke-2 Hijriyah muncul golongan sufi yang mengamalkan
amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para
sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syari’ah, thariqat, haqiqat, dan
makrifat.
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap
silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi
yang lahir pada abad itu. Pelopor adanya tarekat adalah Abd al-Qadir al-Jailani
yang juga merupakan pendiri tarekat Qadiriyah. Sehingga muncullah beberapa
tarekat yang dihubungkan dengan nama pendiri tarekat tersebut, diantaranya
tarekat Naqsyabandiyah, dan Syadziliyah itu merupakan tarekat muktabarah yang
ada di Indonesia.
1.2 RumusanMasalah
A. PendiriTarekatQadiriyah
B. Ciri-ciriTarekatQadiriyah
C. AjaranTarekatQadiriyah
1.3 Tujuan
A.
MengetahuitentangTarekatQadiriyah
B.
PendiriAliranTarekatQadiriyah
C. MenyelesaikanTugas
Mata KuliahTasawuf
PEMBAHASAN
2.1 Pendiri Tarekat
Qadiriyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir al-Jailani (471 H/1078
M). Tarekat Qadiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh
Abdul Qadir Jailani. Nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir
bin Abi salih Zangi Dost Al-Jailani (470 H/1077M – 561 H/1166 M) . Tarekat
Qadiriyah berkembang dan berpusat di Irak dan siria kemudian diikuti oleh
jutaan umat muslim yang terbesar di Yaman, Turki, Mesir, india, Afrika, dan
Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13 M. Sekalipun demikian,
tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke-15 M. Di Mekah, tarekat
Qadiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669M.[1]
Tarekat Qadiriyah dikenal luwes, yaitu apabila sudah mencapai derajat Syekh,
murid tidak mempunyai keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan,
dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal
tersebut tampak pada ungkapan Abdul Qadir jailani, “Bahwa murid yang sudah
mencapai derajat gurunya, dia menjadi mandiri sebagai Syekh dan Allah lah yang
menjadi walinya untuk seterusnya.”
Karena keluwesan tersebut, terdapat puluhan tarekat yang masuk ke dalam
kategori Qadiriyah di dunia Islam, seperti Banawa yang berkembang pada abad
ke-19,ghawtsiyah (1517), junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), dan
lain-lain, semuanya dari India. Di Turki, terdapat tarekat hindiyah,
khulusyiyah, dll. Di yaman, ada tarekat ahdaliyah, asadiyah, musyariyah. Adapun
di afrika, diantaranya terdapat tarekat ammariyah, bakka’iyah, dan sebaginya.
Sejarah
singkat pendiri Tarekat Qadiriyah Pendiri tarekat Qadiriyah adalah ‘Abd
al-Qadir Jailani, yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jailani
al-ghawts. Beliau lahir di desa Naif Kota Ghilan (470 H/1077 M) dan meninggal
di Baghdad pada tahun 561/1166. Menurut Triminghan sebagaiman yang dikutip oleh
Martim Van Bruinessem, mengatakan bahwa pada tahun 1300 M tarekat Qadiriyah
sudah ada di Irak dan Suriah.
2.2 Ciri-ciri Tarekat
Qadiriyah
1.
Dzikir bersama.
2.
Senantiasa membacakan sajak dan qasidah
diiringi musik rebana.
3.
Melakukan dzikir Nafi wa itsbat,
diiringi dengan rebana.
4.
Seluruh badan ikut berdzikir.
5.
Adanya adegan magic atau debus.
6.
Tunduk dibawah garis keturunan takdir
dengan kesesuaian hati dan roh.
7.
Memisahkan diri dari kecenderungan
nafsu.
2.3 Ajaran Tarekat
Qadariyah
Ajaran syekh Abb al-Qadir selalu
menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia. Karena itu memberikan beberapa
petunjuk untuk mencapai kesucian diri yang tertinggi. Adapun ajaran-ajaran
tersebut adalah :
1. Taubat
Taubat adalah
kembali kepada Allah dengan mengurai ikatan dosa yang terus menerus dari hati
kemudian melaksanakan hak Tuhan.
Ibnu ‘abas ra.
Berkata: “taubat al-nasuha adalah penyesalan dalam hatipermohonan ampun dengan
lisan, meninggalkan dengan anggota badan dan berniat tidak akan mengulangi
lagi.”
Menurut syekh
Abd Qadir jailani, taubat ada dua macam, yaitu:
·
Taubat yang berkaitan dengan hak sesama
manusia.Taubat ini tidak terealisasi kecuali dengan menghindari
kezaliman, memberikan hak kepada yang berhak, dan mengembalikan
kepada pemiliknya.
·
Taubat yang berkaitan dengan hak Allah.
Taubat ini dilakukan dengan cara selalu mengucapkan istighfar dengan lisan,
menyesal dalam hati, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa
mendatang.
2.
Zuhud
Zuhud secara bahasa berpaling darinya dan meninggalkannya karena
menganggapnya hina atau menjauhinya karena dosa. Sedangkan menurut istilah
zuhud adalah merupakan gambaran tentang menghindari dari mencintai sesuatu yang
menuju kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Atau istilah lain, menghindari
dunia karena tahu kehianaannya bila dibandingkan dengan kemahalan
akhirat. Menurut ‘Abd al-Qadi jailani, zuhud ada dua macam, yaitu:
- Zuhud
hakiki yaitu mengeluarkan dunia dari hatinya. Hal ini bukan berarti
bahwa seseorang menolak rezeki yang diberikan Allah kepadanya, tetapi di
mengambilnya lalu digunakan untuk ketaatan kepada Allah.
- Zuhud
lahir yaitu mengeluarkan dunia dari hadapannya. Berarti bahwa harus
menahan hawa nafsu (sesuatu yang kita sayangi) serta menolak semua tuntutannya.
3.
Tawakal
Tawakal artinya
berserah diri. Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah
dan membersihkan diri dari gelapnya pilihan, tunduk dan patuh terhadap hukum
dan takdir. Syekh ‘Abd al-Qadir Jailani menekankan pentingnya tawakal dengan
mengutip sebuah sabda Nabi,”bila seseorang menyerahkan dirinya secara penuh
kepada Allah, maka Allah akan mengaruniakan apa saja yang diminta. Begitu juga
sebaliknya, bila dengan bulat ia mnyerahkan dirinya kepada dunia, maka Allah
akan membiarkan dirinya dikuasai oleh dunia.” Semakin banyak orang yang
mengejar dunia, maka semakin lupa dia akan akhirat, sebagai mana dinyatakan
dalam sabda Nabi,”Apabila ingatan manusia telah condong kepada dunia, maka
ingatannya kepada akhirat berkurang.
4.
Syukur
Syukur adalah
ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima, baik lisan, tangan,
maupun hati. Menurut syekh ‘Abd al-Qadir Jailani hakikat syukur adalah mengakui
nikmat Allah karena Dialah pemilik karunia dan pemberian sehingga hati mengakui
bahwa segala nikmat berasal dari Allah dan patuh pada syari’at-Nya.
Syekh ‘Abd al-Qadir Jailani membagi syukur menjadi tiga
macam, yaitu:
·
Syukur dengan
lisan, yaitu dengan mengakui adanya nikmat dan merasa tenang. Dalam hal ini si penerima
nikmat mengucapkan nikmat Tuhan dengan segala kerendahan hati dan ketundukkan.
·
Syukur dengan badan atau anggota badan,
yaitu dengan cara melaksanakan dan pengabdian serta melaksanakan ibadah sesuai
dengan perintah Allah. Dalam hal ini, si penerima nikmat selalu berusaha
mnjalankan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.
·
Syukur dengan hati, yaitu
beritikaf/berdian diri atas tikar Allah dengan senantiasa menjaga hak Allah
yang wajib dikerjakan. Dalam hal ini, si penerima nikmat mengakui dari
dalam hatinya bahwa semua nikmat itu berasal dari Allah SWT.
5. Sabar
Sabar adalah
tidak mengeluh karena musibah yang menimpa kita kecuali mengeluh kepada Allah.
Menurut syekh ‘Abd al-Qadir Jailani, sabar ada tiga macam, yaitu:
- Bersabar
kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
- Bersabar
bersama Allah, yaitu bersabar terhadap ketetapan Allah dan perbuatan-Nya
terhadapmu dari berbagai macam kesuliatan dan musibah.
- Bersabar
atas Allah, yaitu bersabar terhadap rezeki, jaln keluar, kecukupan,
pertolongan, dan pahala yang dijanjikan Allah di kampung akhirat.
6. Ridha
Ridha adalah
kebahagian hati dalam menerima ketetapan (takdir). ‘Abd al-Qadir mengutip ayat
al-qur’an tentang perlunya sikap ridha, “dengan mereka menggembirakan mereka
dengan memberikan rahmat darinya, keridhaan dan syurga. Mereka memperoleh
didalamnya kesenangan yang kekal.”(AtTaubah:21).
7. Jujur
Jujur menurut
bahasa adalah menetapkan hukum sesuai dengan kenyataan.
Menurut syekh ‘Abd al-Qadir Jailani, jujur adalah mengatakan yang benar dalam kondisi apapun, baik menguntukan maupun yang tiadak menguntungkan.
Menurut syekh ‘Abd al-Qadir Jailani, jujur adalah mengatakan yang benar dalam kondisi apapun, baik menguntukan maupun yang tiadak menguntungkan.
2.4 Tokoh Aliran Tariqat Qadiriyah
Beliau adalah Syaikh Muhiyuddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Saleh
Jinki Dusat bin Musa Al-Juun bin Abdullah Al-Mahdh bin Hasan Al-Mutsana bin
Amirul Mu’minin Abu Hasan bin Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib bin Abdul
Muthalaib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Luat bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin Madhr bin Nadzaar bin Ma’ad bin
Adann Al-Qurasy Al-Alawi Al-Hasani Al-Jiili Al-Hambali.[2]
Beliau adalah cucu dari Syaikh Abdullah Ash-Shauma’i pemimpin para Zuhad
(asketis) dan salah seorang Syaikh kota Jilan serta yang di anugerahi berbagai
karamah. Syaikh Abu Abdullah Muhammad Al-Qazwaini berkata,”Syaikh Abdullah
Ash-Shauma’i adalah seseorang yang mustajab doanya. Apabila dia marah maka
Allah Swt akan segera menghancurkan yang dimurkainya dan apabila dia menyenangi
sesuatu maka Allah Swt menjadikan sesuatu tersebut sesuai yang di
kehendakinya.” dibalik kerapuhan badan kerentaan usianya, beliau masih
konsistennya melaksanakan amalan sunah dan berzikir. kekhusyu’annya dapat
dirasakan oleh semua orang, sangat sabar dalam kekonsistenannya dan sangat
menjaga waktunya. Beliau sering mengabarkan tentang sesuatu yang belum terjadi
dan kemudian terjadi seperti yang beliau kabarkan.
Seorang sahabat Syaikh Muhammad bin Yahya At-Tadafi meriwayatkan,”Suatu
saat ketika kami sedang melakukan perjalanan Niaga, segerombolan perampok
menyerang kami di padang pasir Samarkhan, saat itu ada yang berteriak memanggil
Syaikh Abdullah Ash-Shauma’i dan berikutnya beliau muncul di tengah-tengah kami
seraya mengucapkan “Subbuhul Quddus menjauhlah dari kami. Gerombolan perampok
itu tercerai berai. Setelah selamat dari serangan itu kami mancari sang Syaikh
dan tidak menemukannya, dia raib begitu saja. Setibanya kami di Jilan, kami
menceritakan hal tersebut kepada orang-orang dan mereka berkata,”Demi Allah,
sang Syaikh tidak pernah hilang dari tengah kami.
Ibu beliau adalah Fathimah binti Syaikh Abdullah Ash-Shauma’i,
meriwayatkan,”Setelah lahir Anakku Abdur Qodir Jilani tidak mau menyusu pada
bulan Ramadhan. oleh karena itu, jika orang-orang tidak dapat melihat Hilal
penentuan bulan Ramadhan, mereka mendatangiku dan menanyakan hal tersebut
kepadaku. Jika aku menjawab, Hari ini anakku tidak menyusu maka orang-orang di
Jilan telah mengerti bahwa bulan ramadhan telah tiba. Bahwa beliau bayi yang
tidak menyusu pada bulan ramadhan adalah sesuatu yang Masyhur di Jilan.
2.5
Inti ajaran dasar Tarekat Qodiriyah
Ada
2 hal yang melandasi inti ajaran tarekat qodiriyah yaitu:
1.
Berserahdiri (lahir bhatin) kepada Allah. Seorang muslim wajib menyerahkan segala
hal kepada Allah, mematuhi perintah-nya dan menjauhi larangan-nya
2.
Mengingat dan menghadirkan Allah dalam kalbunya. Caranya dengan menyebut asma
Allah dalam setiap detak nafasnya. Bagaimana pun, dzikrullah adalah suatu perbuatan
yang mampu menghalau karat lupa kepada Allah, menggerakan keikhlasan jiwa, dan menghadirkan
manusia duduk.
Penerapan dzikir dari tarekat qodiriyah adalah dengan lebih mengutamakan
pada dzikir yang jelas (dzikir jahr) dalam menyebutkan kalimat nafyiwaalitsba
Tarekat qodiriyah berdzikir dengan cara
:
1.
nyaring
2.
berdiridan
3.
duduk
Tahap menjalani tarekat qodiriyah :
a.
bai’at
untuk
memperoleh status keanggotaan secara formal dengan mengikat perjanjian kesetiaan.
1.
pertemuan antara mursyid dan murid
2.
wasiat mursyid (talqin)
3.
pengesaha nuntu kditerima secara formal
4.
pembacaan do’aoleh mursyid
5.
pemberian minum oleh mursyid
2.6 TarekatQodiriyah di Indonesia
Seperti
halnya tarekat di Timur Tengah.Sejarah tarekat Qodiriyah di Indonesia juga berasaldari
Makkah al-Musyarrafah.Tarekat Qodiriyah menyebarke Indonesia padaabad ke-16,
khususnya diseluruhJawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat,
Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur
dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah
murid kesayangan Syeikh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling
berjasa dalam penyebaran tarekat Qodiriyah.Murid-murid Sambas yang berasal dari
Jawa dan Madura setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Tarekat Qodiriyah tersebut.
Tarekat
ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika menghadapi penjajahan
Belanda. Sebagaimana diakui oleh Annemerie Schimmel dalam bukunya “Mystical
Dimensions of Islam” hal.236 yang menyebutkan bahwa tarekat bisa digalang untuk
menyusun kekuatan untuk menandingi kekuatan lain. Juga di Indonesia, pada Juli
1888, wilayah Anyer di Banten Jawa Barat dilanda pemberontakan. Pemberontakan petani
yang seringkali disertai harapan yang mesianistik, memang sudah biasa terjadi
di Jawa, terutama dalam abad ke-19 dan Banten merupakan salah satu daerah yang
sering berontak.
Qodiriyah
adalah organisasi tebebesar Islam Nahdlaltul Ulama (NU) yang berdiri di
Surabaya pada tahun 1926.Bahkan tarekat yang dikenal sebaga iQadariya hNaqsabandiyah
sudah menjadi organisasiresmi di Indonesia.
Juga
pada organisasi Islam Al-Washliyah dan lain-lainnya .Dalam kitab Miftahus Shudur
yang ditulis KH Ahmad Shohibul wafa Tadjul Arifin (MbahAnom) di Pimpinan Pesantre
nSuryalaya, Tasikmalaya Jabar dalam silsilah tarekatnya menempati urutan ke-37,
sampai merujuk pada Nabi Muhammad saw, Sayyidina Ali ra, Abdul Qadir Jilani dan
Syeik hKhatib Sambas ke-34.[3]
Penutup
3.1 Kesimpulan.
Tarekat ini didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir al-Jailani (471 H/1078
M). Tarekat Qadiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh
Abdul Qadir Jailani. Nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir
bin Abi salih Zangi Dost Al-Jailani (470 H/1077M – 561 H/1166 M) . Tarekat
Qadiriyah berkembang dan berpusat di Irak dan siria kemudian diikuti oleh
jutaan umat muslim yang terbesar di Yaman, Turki, Mesir, india, Afrika, dan
Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13 M.
Ada
2 hal yang melandasi inti ajaran tarekat qodiriyah yaitu:
1.
Berserahdiri (lahir bhatin) kepada Allah. Seora ng muslim wajib menyerahkan segala
hal kepada Allah, mematuh iperintah-nya dan menjauhi larangan-nya.
2.
Mengingat dan menghadirkan Allah dalam kalbunya.
Caranya dengan menyebut asma Allah dalam setiap detak nafasnya. Bagaimana
pun, dzikrullah adalah suatu perbuatan yang mampu menghalau karat lupa kepada
Allah, menggerakan keikhlasan jiwa, dan menghadirkan manusia duduk.
0 Komentar untuk "MAKALAH TAREKAT QODIRIYAH"