Makalah Agama Islam Tentang Perang Khandaq

  TUGAS AGAMA ISLAM
( PERANG KHANDAQ )
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3
*    DEVIANA MUSTIKARANI           ( 08 )
*    RESTIN SYAHIRA                         ( 22 )
*    LIA FRISKI                                     ( 16 )
*    ANGGITA CAHYA YUNIANTI      ( 03 )
*    ALFI AULIA SRIHANAYANI          ( 01 )

TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SMK PGRI 4 NGAWI




1.  Perang Khandaq / Ahzab




Gambar terkait





 Perang khandaq  terjadi pada bulan Syawal tahun 5 H, disekitar kota Madinah bagian utara. Rasa dendam Bani Nadhir terhadap Rasulullah yang mengeluarkan mereka dari bagian Madinah diluapkan dengan menghasut tokoh kafir Quraisy agar bersekutu untuk mengalahkan kaum muslimin, Abu Sofyan menyiagakan pasukan perang berkekuatan 10.000 orang, yaitu terdiri dari kaum kafir Quraisy dan beberapa kabilah yang bersekutu dengan Quraisy. Karena terdiri dari beberapa kabilah, maka dikatakan “ Ahzab” artinya golongan-golongan. Oleh karena itu, dinamakan perang Ahzab.
Melihat pasukan kafir Quraisy sudah siap siaga, segera Rasulullah bermusyawarah. Salman Al Farisi mengusulkan agar membuat parit ( Khandaq ) di sekitar kota Madinah sehingga musuh akan merasa sulit memasuki kota Madinah dan memudahkan bagi pasukan Islam untuk menghadang Mereka, Rasulullah menyetujui usul ini, sehingga peperangan ini terkenal dengan nama perang Khandaq ( parit ).
Penggalian Parit tersebut dipimpin oleh Rasulullah. Beliau turut bekerja menggali dan membawa batu sehingga memberikan semangat para sahabat untuk bekerja.Terbujurlah parit dari arah barat ketimur di kawasan utara kota Madinah, sedangkan arah lain terdapat perumahan penduduk dan perkebunan kurma, sehingga kota Madinah telah dibentengi. Lalu pasukan Islam telah disiagakan di kawasan timur kota Madinah. Zaid bin Harits membawa bendera Muhajirin dan Saad bin Ubadah membawa bendera Anshar.
Ketika Pasukan Kafir Quraisy akan memasukan kota Madinah mereka terkejut dengan taktik perang pasukan Islam. Kota Madinah telah dikelilingi oleh parit sehingga menghalangi mereka memasuki kota Madinah, maka mereka mendirikan kemah pasukan di pinggir parit.

   Beberapa tokoh kafir Quraisy mencoba untuk menerobos parit untuk menghadapi pasukan Islam, seperti yang dilakukan oleh Ikhrimah bin Abbu dan beberapa kawannya. Ali bin Abu Thalib menghadapi mereka sehingga Ikhrimah tewas di tangan Ali, sedang lainnya menyelamatkan diri, lalu terjadilah peperangan dua pasukan dengan saling melempar panah dan tombak, Kesempatan yang genting dipergunakan oleh yahudi Bani Quraisy untuk mendengar perjanjian. Mereka enggan membantu pasukan Islam bahkan bersekutu dengan kafir Quraisy untuk melenyapkan pasukan Islam.
Seorang tokoh yang disegani oleh kafir Quraisy maupun golongan Yahudi, bernama Nuaim bin Mas’ud, memeluk agama Islam secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka tidak mengetahuinya. Beliau memohon kepada Rasulullah untuk melaksanakan taktiknya guna memecah belah kekuatan musuh.
Setelah menghadap ketua Bani Quraizah, Nuaim segera menghadap tokoh-tokoh kafir Quraisy dan suku Ghatfah memberitahukan pernyataan golongan Yahudi Bani Quraizah. Makan Abu Sufyan mengirim utusan untuk mengadakan penyerangan serentak terhadap Rasulullah. Bani Quraizah mengajukan usul seperti disampaikan Nuaim kepada mereka. Mulailah timbul perpecahan pada kekuatan musuh, satu dengan lainnya saling tidak percaya. Taktik yang dilakukan oleh Nuaim berhasil Memecahkan kekuatan musuh. Udara yang sangat dingin serta angin yang berhembus kencang membuat hati mereka tambah takut sehingga mereka segera kembali ke Mekkah untuk menyelamatkan diri.








Ø    Awal Mula Peperangan
Di antara sebab peristiwa ini ialah seperti yang diceritakan oleh Ibnul Qayyim (Zadul Ma’ad, 3/270). Beliau mengatakan:
“Ketika orang-orang Yahudi melihat kemenangan kaum musyrikin atas kaum muslimin pada perang Uhud, dan mengetahui janji Abu Sufyan untuk memerangi muslimin pada tahun depan (sejak peristiwa itu), berangkatlah sejumlah tokoh mereka seperti Sallam bin Abil Huqaiq, Sallam bin Misykam, Kinanah bin Ar-Rabi’, dan lain-lain ke Makkah menjumpai beberapa tokoh kafir Quraisy untuk menghasut mereka agar memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan mereka menjamin akan membantu dan mendukung kaum Quraisy dalam rencana itu”.
Quraisy pun menyambut hasutan itu.
Kekuatan Pasukan Quraisy
Setelah itu, tokoh-tokoh Yahudi tadi menuju Ghathafan dan beberapa kabilah Arab lainnya untuk menghasut mereka. Maka disambutlah hasutan itu oleh mereka yang menerimanya. Kemudian keluarlah Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan dengan 4.000 personil, diikuti Bani Salim, Bani Asad, Bani Fazarah, Bani Asyja’, dan Bani Murrah.
Namun musuh-musuh Allah dari umat Yahudi belum puas terhadap hasil yang dilakukan, setelah mereka mengetahui bahwa Quraisy telah menerima ajakan mereka untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang beriman di Madinah, mereka keluar dan pergi ke suku Ghathafan dari Qais Gailan, mengajak mereka  untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti halnya yang mereka lakukan terhadap Quraisy, dan menyatakan bahwa mereka (Yahudi) akan selalu bersama mereka. Mereka tetap tinggal di tempat mereka hingga suku Ghathafan menyetujuinya. Kemudian setelah itu mereka menemui Bani Fazarah dan Bani Murrah, dan berhasil mengajak mereka untuk memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umat Islam di Madinah.
Oleh karena itulah pasukan begitu banyak dan peralatan begitu lengkap, suku Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, suku Ghathafan di pimpin oleh
Uyaynah bin Hisn bin Hudzaifah bin Badr pada Bani Fazarah, Bani Murrah di pimpin oleh Harits bin Auf, Bani Asyja’ di pimpin oleh Mas’ud bin Rakhilah bin Nuwairah bin Tharif bin Samhah bin Ghathafan. Mereka bergerak dengan jumlah yang banyak dan peralatan yang lengkap untuk satu tujuan; perang melawan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bersepakat untuk berkumpul di Khaibar, dan jumlah mereka dari berbagai kelompok dan suku adalah 10.000 pasukan, adapun pucuk pimpinan dalam perang tersebut dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Ø    Peperangan dimulai
Ketika kaum musyrikin sampai di kota Madinah, mereka terkejut melihat pertahanan yang dibuat kaum muslimin. Belum pernah hal ini terjadi pada bangsa Arab. Akhirnya mereka membuat perkemahan mengepung kaum muslimin. Tidak terjadi pertempuran berarti di antara mereka kecuali lemparan panah dan batu. Namun sejumlah ahli berkuda musyrikin Quraisy, di antaranya ‘Amr bin ‘Abdi Wadd, ‘Ikrimah dan lainnya berusaha mencari jarak lompat yang lebih sempit. Beberapa orang berhasil menyeberangi parit. Merekapun menantang para pahlawan muslimin untuk perang tanding.
Perang Tanding
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menyambut tantangan tersebut. ‘Ali berkata: “Wahai ‘Amr, kau pernah menjanjikan kepada Allah, bahwa tidak seorangpun lelaki Quraisy yang menawarkan pilihan kepadamu salah satu dari dua hal melainkan kau terima hal itu darinya.”
Kata ‘Amr: “Betul.”
Kata ‘Ali: “Maka sungguh, saya mengajakmu kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada Islam.”
‘Amr menukas: “Aku tidak membutuhkan hal itu.”
Kata ‘Ali pula: “Kalau begitu saya menantangmu agar turun (bertanding).”
Kata ‘Amr: “Wahai anak saudaraku, demi Allah. Aku tidak suka membunuhmu.”
‘Ali menjawab tegas: “Tapi saya demi Allah, ingin membunuhmu.”
‘Amr terpancing, diapun turun dan membunuh kudanya, lalu menghadapi ‘Ali.

Ø    Tanda-tanda Nubuwwah dalam Peristiwa Khandaq

Dalam peristiwa bersejarah ini, banyak terdapat kejadian luar biasa sebagai salah satu tanda kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para sejarawan menukilkan sebagiannya:
Di antaranya apa yang dikisahkan oleh Jabir radhiyallahu ‘anhu, dalam Shahih Al-Bukhari (Kitabul Maghazi), bahwa para sahabat mengadukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adanya tanah keras yang tidak sanggup mereka gempur. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun, dalam keadaan mereka (termasuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak merasakan makanan sejak tiga hari. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikatkan dua buah batu ke perut beliau untuk menahan lapar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun ke dalam parit lalu meminta seember air, beliau berdoa dan meludahi air itu lalu menuangkannya ke bongkahan tanah keras tersebut. Kemudian beliau memukul tanah itu dengan cangkul hingga menjadi debu.
Ibnu Hisyam menukil pula dari Ibnu Ishaq yang menerima dari Sa’id bin Mina, bahwa dia diceritakan tentang puteri Nu’man bin Basyir yang masih kecil, diperintah oleh ibunya, ‘Amrah bintu Rawahah (saudara perempuan Abdullah bin Rawahah) membawa beberapa butir kurma untuk bekal makan siang ayah dan khali (pamannya). Setelah bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia ditanya tentang apa yang dibawanya. Gadis kecil itu menjawab beberapa butir kurma yang akan diberikan kepada ayah dan pamannya untuk makan siang. Oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kurma itu diminta, kemudian beliau letakkan di atas sehelai kain dan beliau doakan. Setelah itu beliau suruh orang memanggil para penggali untuk makan. Merekapun datang mengambil kurma yang ada di atas kain itu dan makan sampai kenyang, sementara kurma itu tetap berserakan di atas kain tersebut.

·                   Pengkhianatan Yahudi Quraizhah

Sebagaimana telah diceritakan diatas, beberapa tokoh Yahudi menemui para pemimpin Quraisy dan kabilah Arab lainnya untuk menghasut mereka agar memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin. Orang-orang Yahudi ini menjanjikan akan membantu Quraisy dan sekutu-sekutunya untuk menumpas kaum muslimin. Kemudian tokoh-tokoh Yahudi ini menemui pimpinan Yahudi Bani Quraizhah, Ka’b bin Asad. Mulanya Ka’b menolak menerima kedatangan Huyyai bin Akhthab, tapi dia terus membujuk sampai diterima oleh Ka’b.
Setelah Huyyai masuk, dia berkata: “Aku datang membawa kemuliaan masa. Aku datang dengan Quraisy, Ghathafan, dan Asad berikut para pemimpin mereka untuk memerangi Muhammad.” Aku datang kepadamu dengan membawa pasukan Quraisy beserta para pemimpinnya yang telah kuturunkan di sebuah lembah di dekat Raumah, dan suku Ghatfahan beserta para tokohnya yang telah kuturunkan di ujung Nurqma di samping Uhud. Mereka telah berjanji kepadaku untuk tidak meninggalkan temapat sampai kita berhasil menumpas Muhammad dan orang-orang yang bersamanya”
Ka‘ab menjawab: “Demi Allah, kamu datang kepadaku dengan membawa kehinaan sepanjang jaman … Celaka engkau wahai Huyay. Tinggalkan dan biarkanlah aku karena aku tidak melihat Muhammad kecuali sebagai seorang yang jujur dan setia.“
Namun lama kelamaan karena bujuk rayu Huyay, Ka’b termakan bujukan tersebut. Diapun melanggar perjanjian yang telah disepakati antara orang-orang Yahudi Bani Quraizhah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin. Namun dia mensyaratkan, apabila mereka tidak berhasil mengalahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hendaknya Huyyai masuk ke dalam bentengnya bergabung bersamanya menerima apa yang ditimpakan kepada mereka. Huyyai menyetujuinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar pula pengkhianatan ini. Beliau mengutus beberapa sahabat; Sa’d bin ‘Ubadah, Sa’d bin Mu’adz, dan Abdullah bin Rawahah serta Khawwat bin Jubair radhiyallahu ‘anhum untuk mencari berita. Ternyata keadaannya jauh lebih buruk dari yang mereka bayangkan.


B. Strategi Perang Kaum Muslimin

1. Akomodasi Budaya dan Memanfaat kontur Geografis Madinah

Menyikapi informasi tentang kedatangan kaum musrikin dengan sepuluh ribu  pasukan, nabi muhammad pun langsung mengadakan majlis tinggi untuk membahas permaslahan yang datang ini. Diskusipun dilakukan denngan dengar pendapat dari para sahabat.
Salah satu pendapat yang keluar dan diterima oleh nabi yaitu pendapat mengenai pembuatan Parit yang di usulkan oleh Salman Al-Farisi[4], dikaatakan pada diskusi Salman Al-Farisi berpendapat, bahwa ketika di Persia dan ketika ia dan golongannya di kepung oleh musuh maka ia membangun Parit di sekitarnya. Hal ini merupakan hal baru, Fleksibelitas Islam sebagai agama amat terasa hal ini dengan mengambil pendapat dari bangsa lain yang membangun, hal ini merupakan akulturasi budaya yang amat baru bagi orang-orang Arab.

Dengan usul tersebut nabi Muhammad SAW, langsung memerintahakan umat islam madinah bahu-membahu membangun Khandak yang di usulkan oleh Salman AlFarisi dengan  jumlah seribu orang nabi Muhammad SAW , keluar dan mengali parit untuk pertahanan dikatakan bahwa  ketika itu kaum muslimin menggali dalam keadaan Lapar, namun karena  menggalinya secara bersama-sama maka pekerjaan tersebut dapat diselesaikan. Dikatakan untuk memotivasi kaum muslimin Nabi Muhammad berdoa kepada Allah untuk Muhajirin dan Ansar agar di masukan surga sebagai Suhada. yang di utamakan  untuk di gali untuk dijadikan parit adalah wilayah Utara karena setelah melihat Kontur wilayah Madinah hanya wilayah utaralah yang cukup datar karena sekeliling madinah kecuali Utara terdapat Perbukitan,Gunung-gunungg dan perkebunan kurma.





Related : Makalah Agama Islam Tentang Perang Khandaq

0 Komentar untuk "Makalah Agama Islam Tentang Perang Khandaq"