Nama : Fajar Rizki YP
Kelas
: XII TKJ-B
No : 30
10 Jenis – Jenis Manusia Purba
di Indonesia
Anda tentunya sudah sering mendengar tentang sejarah manusia purba namun tahukah Anda
apakah itu manusia purba ? Manusia purba atau yang sering disebut dengan
manusia prasejarah adalah manusia yang hidup sebelum tulisan ditemukan. Mereka
hidup berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain (nomaden),
kehidupannya masih sangat sederhana dan masih sangat tergantung pada alam.
Tentunya, kehidupan manusia purba tidaklah sama dengan kehuidupan manusia pada
zaman sekarang.
Guna mengetahui keberadaan manusia purba lebih jauh, sudah
sejak dahulu dilakukan penelitian manusia purba. Di Indonesia pun, penelitian
tentang manusia purba sudah lama dilakukan, sudah sejak abad ke 18 M yang
dirintis oleh Eugene Dubois, seorang dokter Belanda.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui jenis – jenis manusia
purba yang ada di Indonesia yang dapat dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil
yang banyak ditemukan di Solo, Pacitan, Ngandong, Mojokerto, dan Sangiran.
Setelah melakukan banyak penilitian terkait manusia purba
yang berada di Indonesia, para ahli mengelompokkan manusia purba di Indonesia
menjadi tiga jenis berdasar ada hasil penemuan fosil manusia purba. Adapun tiga
jenis manusia purba yang berada di Indonesia antara lain adalah :
- Meganthropus ( Manusia Besar).
- Pithecanthropus (Manusia Kera yang Berjalan Tegak).
- Homo
Secara keseluruhan, ada sepuluh jenis manusia purba yang
berada di Indonesia, yaitu :
- Meganthropus Paleojavanicus
- Pithecanthropus Erectus
- Pithecanthropus Soloensis
- Pithecanthropus Mojokertensis
- Homo Soloensis
- Homo Erectus
- Homo Floresiensis
- Homo Habilis
- Homo Wajakensis
- Homo Sapiens
Berikut inilah penjelasan jenis-jenis manusia purba yang
fosilnya yang sudah ditemukan di Indonesia.
1. Meganthropus Paleojavanicus
Kata Meganthropus berasal dari dua kata yakni megas yang
artinya besar dan anthropus yang artinya manusia. Sedangkan, kata
Paleojavanicus berasal dari kata paleo yang artinya tua dan javanicus yang
artinya Jawa. Jadi, Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa tertua
dari Jawa dan diperkirakan sebagai manusia purba tertua di Indonesia dan juga
disebut sebagai salah satu fosil manusia purba yang paling primitif.
Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Van Koenigswald,
seorang peneliti Belanda pada tahun 1936 M di daerah Sangiran, Jawa Tengah dan
diperkirakan berusia 1-2 juta tahun saat masa penelitian. Penemuan fosil
meganthropus tidaklah ditemukan lengkap melainkan hanya berupa beberapa bagian
tengkorak, rahang bawah, serta beberapa gigi yang telah lepas. Jenis fosil ini
diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan terutama
tumbuh-tumbuhan.
Ciri – ciri Meganthropus Paleojavanicus :
- Makanannya berupa jenis tumbuh – tumbuhan.
- Tidak memiliki dagu sehingga lebih mirip kera.
- Memiliki tonjolan yang tajam di belakang kepala.
- Memiliki tulang pipi yang tebal dengan tonjolan kening
yang mencolok.
- Memiliki otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan
kuat.
- Memiliki postur tubuh yang tegap.
2. Pithecanthrophus
Pithecantrophus merupakan jenis fosil manusia purba yang
paling banyak ditemukan di Indonesia. Di Indonesia, ada tiga jenis
Pithecanthrophus yang sudah ditemukan antara lain Pithecanthrophus Erectus,
Pithecanthrophus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis. Berikut rincian
dari ketiga jenis fosil Pithecantrophus.
- Pithecanthrophus Erectus
Penemu fosil Pithecanthrophus Erectus adalah seorang dokter
Belanda bernama Eugene Dubois. Awalnya ia mengadakan penelitian di Sumatera
Barat tetapi tidak menemukan apa-apa, lalu pindah ke pulau Jawa. Ia pun
berhasil menemukan fosil Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Pithecantrophus Erectus sendiri berarti
manusia kera yang berjalan tegak. Fosil yang ditemukan adalah berupa tulang
rahang atas, tulang kaki, dan tengkorak. Fosil Pithecanthrophus Erectus sendiri
ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Berdasarkan hasil penelitian, Pithecanthrophus Erectus
hidup dengan berburu kemudian mengumpulkan makanan serta hidup secara nomaden
yang artinya selalu berpindah – pindah tempat untuk mencari sumber bahan
makanan dari satu tempat ke tempat lain atau untuk melakukan pemburuan hewan –
hewan. Adapun ciri – ciri dari Pithecanthropus Erectus adalah :
- Volume otaknya diantara 750 – 1350 cc.
- Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
- Postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap
meganthropus.
- Memiliki gigi geraham yang besar dengan rahang yang
sangat kuat.
- Memiliki hidung yang tebal.
- Memiliki tonjolan kening yang tebal dan melintang di
dahi dari sisi ke sisi.
- Wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke
belakang.
- Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol yang mirip
dengan wanita berkonde.
- Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat
kuat.
- Pithecanthrophus Mojokertensis
Pithecanthrophus Mojokertensis disebut juga sebagai
Pithecantrophus Robustus. Von Koenigswald berhasil menemukan fosil yang hanya
berupa tulang tengkorak anak – anak yang dinamakan Pithecanthrophus
Mojokertensis di Jetis dekat Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya, pada tahun
1936, Weidenrich menemukan fosil tengkorak anak yang dinamakan Pithecantropus
Robustus di Lembah Sungai Brantas, Desa Jetis, Mojokerto.
Sedangkan, Pithecanthrophus Soloensis ditemukan di Ngandong,
Lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Harr dan Oppernoorth. Lebih
jelasnya, fosil ini ditemukan di dua tempat yang berbeda oleh Von Koenigswald
dan Oppernoorth di daerah Ngandong dan Sangiran sekitar tahun 1931 – 1933.
Adapun fosil yang ditemukan adalah berupa tengkorang dan juga tulang kering.
Fosil Pithecanthrophus yang ditemukan di Indonesia memiliki
umur yang bervariasi yakni diantara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu, hal
itu didasarkan pada hasil pengukuran umur lapisan tanah.
Di dalam kehidupan sehari – hari, Pithecanthrophus
menggunakan peralatan yang terbuat dari batu atau kayu yang didapatkannya.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan tanda – tanda bahwa makanan yang
dimakan oleh Pithecanthrophus tersebut sudah diolah ataupun dimasak terlebih
dahulu sebelum dimakan meskipun pada saat itu mereka sudah menggunakan
peralatan dari kayu dan batu serta memakan apa saja yang terdapat di alam baik
berupa tumbuh – tumbuhan dan hewan.
Adapun contoh peralatan yang terbuat dari batu yang pernah
digunakan oleh Pithecanthrophus antara lain adalah kapak genggam, kapak
penetak, pahat, genggam, kapak perimbas, dan alat – alat serpih. Dimana
peralatan tersebut banyak ditemukan di sekitaran daerah Pacitan, Jawa Timur.
Adapun ciri-ciri dari Pithecantrophus secara umum antara lain
:
- Memiliki volume otak yang berkisar antara 750 – 1350 cc.
- Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
- Badannya tegap tetapi tidak setegap Meganthrophus.
- Memiliki tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang
pelipis.
- Memiliki hidung yang lebar dan tidak berdagu.
- Memiliki rahang yang kuat dan gigi geraham yang besar.
- Makanannya berupa daging hewan buruan dan tumbuh –
tumbuhan.
3. Homo
Jenis fosil Homo merupakan
jenis fosil manusia purba yang termuda dari fosil manusia purba lainnya. Fosil
ini diperkirakan berasal dari 15.000 – 40.000 SM. Jenis Homo diperkirakan bukan
manusia kera lagi ( Pithecanthrophus ) melainkan sudah tergolong jenis manusia
(Homo), hal itu dapat dilihat pada volume otaknya yang menyerupai manusia
modern. Di Indxcxonesia, sudah ditemukan tiga jenis manusia purba Homo yakni
Homo Soloensis, Homo Wajakensis, dan Homo Floresiensis. Berikut rincian dari
ketiga jenis Homo tersebut.
- Homo Soloensis
Jenis fosil ini ditemukan di daerah Ngandong, Lembah Bengawan
Solo tepatnya disekitar sungai Bengawan Solo oleh Von Koeningswald dan
Weidenrich antara tahun 1931 – 1934. Fosil yang berhasil ditemukan hanyalah
berupa tulang tengkorak. Homo Soloensis diperkirakan sudah hidup diantara
rentang tahun 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Kehidupannya pun sudah lebih maju dengan adanya berbagai
peralatan untuk bertahan hidup. Sebagian ahli menggolongkan Homo Soloensis
dengan Homo Neanderthalensis. Homo Neanderthalensis sendiri merupakan jenis
manusia purba Homo Sapiens dari Asia, Eropa dan Afrika yang berasal dari
lapisan Pleistosen atas. Selain itu, menurut Von Koegniswald, Homo
Soloensis memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Pithecanthrophus Erectus.
Adapun ciri – ciri dari Homo Soloensis antara lain :
- Volume otak antara 1000-1300 cc.
- Memiliki tinggi badan 130 – 210 cm.
- Wajahnya tidak menonjol ke depan.
- Berjalan tegap dengan dua kaki (bipedal) sehingga cara
berjalannya lebih sempurna.
- Otot tengkuknya mengalami penyusutan.
Ditemukan pula hasil dari kebudayaan manusia purba Homo
Soloensis yaitu kapak genggam atau kapak perimbas, alat – alat serpih,
peralatan yang terbuat dari tulang, dan peralatan zaman dahulu lainnya.
- Homo Wajakensis
Jenis fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Wajak,
Tulungagung, Jawa Timur pada tahun 1889. Fosil yang berhasil ditemukan hanya berupa
tulang tengkorak, rahang bawah dan beberapa ruas tulang leher. Diperkirakan
bahwa Homo Wajakensis merupakan nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan
penduduk asli Australia. Adapun ciri – ciri dari Homo Wajakensis antara lain :
- Memiliki hidung yang lebar dan bagian mulut yang
menonjol.
- Memiliki wajah lebar dan datar.
- Tulang tengkorak membulat.
- Memiliki tonjolan yang sedikit mencolok di dahi.
- Homo Floresiensis
Jenis fosil ini ditemukan oleh tim arkeologi gabungan dari
Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University Of New England,
Australia pada tahun 2003 saat melakukan penggalian di Liang Bua, Flores.
Ketika penggalian sudah mencapai kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip
manusia yang belum menjadi fosil dengan ukuran yang sangat kerdil. Diperkiran
hidup diantara 94.000 – 13.000 tahun SM. Adapun ciri – ciri dari Homo
Floresiensi antara lain :
- Memiliki badan yang tegap.
- Berjalan dengan dua kaki (bipedal).
- Tinggi badannya kurang dari satu meter.
- Volume otaknya sekitar 417 cc.
- Tidak mempunyai dagu.
Perkembangan dari Homo Soloensis dan Homo Wajakensis lebih
lanjut disebut Homo Sapiens. Homo Sapiens perkembangannya lebih sempurna
daripada homo lainnya. Hal itu dapat dilihat dari cara berpikirnya meskipun
masih sangat sederhana tetapi setidaknya lebih maju daripada homo lainnya. Oleh
karena itulah, disebut sebagai Homo Sapiens yang berarti manusia yang cerdas
dan diperkirakan hidup 40.000 tahun yang lalu setelah masa – masa penelitian.
Homo Sapiens memiliki postur tubuh yang sama dengan manusia
zaman sekarang tetapi masih hidup secara nomaden yang artinya berpindah dari
tempat yang satu ke tempat yang lain. Jenis homo ini diperkirakan
merupakan nenek moyang dari bangsa Indonesia.
Zaman Neolitikum (Zaman batu muda)
Perkembangan pada zaman batu yang dapat dikatakan hal
paling penting dalam kehidupan manusia adalah zaman batu baru atau neolitikum.
Pada suatu zaman neolitikum yang juga dapat dikatakan sebagai suatu zaman batu
muda. Pada zaman ini telah terjadilah “revolusi kebudayaan”, yaitu
terjadinya perubahan pola hidup manusia. Pola hidup food gathering digantikan
dengan sebuah pola food producing.
Hal ini seiring dengan rawan terjadinya perubahan jenis
pendukung kebudayaannya. Pada zaman ini telah hiduplah sebuah jenis Homo
sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru.
Mereka mulai mengenal masa bercocok tanam dan beternak
sebagai proses untuk menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. Hidup
bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan.
Hasil Kebudayaan Zaman Neolitikum dibagi
menjadi dua yaitu :
- KAPAK PERSEGI
- KAPAK LONJONG
Kebudayaan
Kapak Persegi
Nama kapak persegi berasal dari sebuah penyebutan oleh von
Heine Geldern. Penamaan ini dikaitkan dengan suatu bentuk alat tersebut. Kapak
persegi ini berbentuk persegi panjang dan disana ada juga yang berbentuk
trapesium. Ukuran alat ini juga bermacam-macam:
- Kapak persegi yang besar
biasa disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah ada yang
diberi tangkai gitu sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang.
- Sementara yang berukuran
kecil dinamakan tarah atau tatah.
Penyebaran
Kapak Persegi
Penyebaran alat-alat atau kapak ini terutama di kepulauan
Indonesia bagian barat, seperti pulau sumatra, jawa dan bali. Diperkirakan
sentra-sentra sebuah teknologi kapak persegi ini ada di Lahat (Palembang),
Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian beralih ke Pacitan-Madiun,
dan di lereng gunung Ijen (Jawa Timur). Kapak persegi ini sangat cocok sebagai
alat pertanian.
Kebudayaan
Kapak Lonjong
Nama
kapak lonjong, kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini
yang memang berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan dari alat ini lonjong seperti
bulat telur.
- Kapak yang ukuran besar
sering disebut walzeinbeil
- Kapak yang ukuran kecil
dinamakan kleinbeil.
Penyebaran
Kapak Lonjong
Penyebaran
jenis sebuah kapak lonjong ini terutama berada di kepulauan Indonesia bagian
timur, misalnya di daerah papua, seram, dan minahasa.
Zaman
Megalitikum (Kebudayaan Batu Besar)
HASIL
KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITIKUM :
- MENHIR
- PUNDEN BERUNDAK
- DOLMEN
- KUBUR PETI BATU
- SARKOFAGUS
- WARUGA
- ARCA BATU
MENHIR
Menhir yaitu
suatu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan
ditempatkan pada sebuah
tempat.
Fungsi Menhir adalah sebagai berikut:
- Sarana
pemujaan terhadap arwah nenek moyang;
- Tempat
memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal;
- Tempat
menampung kedatangan roh. Menhir banyak ditemukan di Pasemah, Sumatra
Selatan.
PUNDEN
BERUNDAK
Punden
Berundak adalah bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat (berundak-undak).
DOLMEN
Dolmen adalah meja batu sebagai tempat sesaji.
KUBUR PETI BATU
Kubur
Peti batu adalah peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi
panjang dan sisi-sisinya dibuat dari lempengan-lempengan batu.
SARKOFAGUS
Sarkofagus
atau keranda adalah peti jenazah yang terbentuk seperti palung atau lesung,
tetapi mempunyai tutup.
WARUGA
Waruga
adalah sebuah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu
lain yang berbentuk atap rumah.
ARCA BATU
Arca-arca
telah menggambarkan manusia dan binatang, seperti: gajah, harimau, babi rusa,
dan kera.
ZAMAN LOGAM
Mengakhiri
sebuah zaman batu di masa neolitikum mulailah zaman logam. Sebagai suatu bentuk
masa perundagian. Zaman logam terdapat di kepulauan Indonesia ini agak berbeda
bila dibandingkan dengan yang ada di Eropa.
- Di Eropa zaman logam ini
mengalami tiga fase, zaman tembaga, perunggu dan besi.
- Di kepulauan Indonesia
hanya mengalami zaman perunggu dan besi.
ZAMAN
PERUNGGU
HASIL
KEBUDAYAAN ZAMAN PERUNGGU ADALAH :
- KAPAK CORONG (KAPAK SEPATU)
- NEKARA DAN MOKO
- BEJANA PERUNGGU
- PERHIASAN PERUNGGU
- GERABAH
0 Komentar untuk "Makalah Sejarah Manusia Purba Di Indonesia"