TUGAS
ANALISIS PUISI
KELOMPOK 1
1. BAYU AGUNG (32)
2. AL DIMAS D S (11)
3. Agita luvi (04)
4. BURHAN Z E (34)
SMK PGRI 1 NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
NYANYIAN
GERIMIS
SONI FARID MAULANA
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar
seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak
sukma
Yang saling memahami gairah
terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Sesaat
kita larut dalam keheningan
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Inikah
musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak
hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
1988
B.
Analisis Struktural Roman Jakobson
Analisis
struktural meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik
terdiri dari perwajahan puisi, diksi, imaji, kata konkret, majas, rima, irama,
dan suasana. Sedangkan struktur batin terdiri dari tema, rasa, nada, dan
amanat.
1.
Struktur Lahir
a) Tipografi
Tipografi, yang dipakai pada puisi “nyanyian gerimis” sangat terlihat menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan
barisnya, hingga puisi yang hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi meskipun
juga bisa hanya sekadar unsur keindahan indrawi. Menggunakan
baris – baris yang tak sejajar satu sama lain dan menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna yang
mendalam.
Tipografi
pada puisi ini menggunakan huruf besar diawal baris dan tanda titik pada baris
kedua . Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah
kutulis jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang dilanjutkan kata kuntum yang diawali
dengan huruf besar seolah menonjolkan kata kuntum yang bermakna seorang yang
kesepian yang semakin merindu.
Kemudian setelah bait pertama bentuk
baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat dilihat sebagai berikut:
Sesaat kita
larut dalam keheningan
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya
berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Dari bait yang tidak rata tersebut
melambangkan kata yang terdapat dalam baris itu sendiri, penyair yang
menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti lengkungan pelangi, membuat
puisi lebih hidup jika baris- baris dibuat melengkung tak beraturan.
Pada bait selanjutnya baris – baris
masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim semi yang sarat
nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Ketidakberaturannya baris tersebut,
selain sebagai keindahan indrawi namun melambangkan maksud yang disesuaikan
dengan kata-kata dan isi puisi pada baris tersebut yaitu kata tarian burung,
gelombang lautan sehingga tipografinya juga bergelombang dan tidak beraturan.
Selanjutnya pada empat baris
terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai hatiku. Begitulah jejak
hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
Pada empat baris terakhir terdapat
tanda titik setelah kata hatiku dan baris itu menjorok dari depan lagi, yang
mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair yang ingin menekan dan memulai
lagi dari kata itu. Kemudian sampai baris terakhir sengaja dibuat baris yang
tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan penyelesaian yang selaras antara kita
berdua.
b) Diksi
Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi dalam puisi ini menggunakan
kata-kata yang tidak mudah dimengerti dalam sekali baca, butuh kepekaan yang
tinggi dalam menganalisis makna puisi ini. Seperti penyair memilih kata berpantulan untuk menggambarkan pancaran
yang berbinar binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung, yang menggambarkan keindahan yang tak
terhingga. Kemudian penyair menggunakan pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan hatiku
menghasilkan makna yang indah pula.
c) Imaji (Citraan)
Dalam puisi
ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga
penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait pertama
baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji
penglihatan.
Telah
kutulis jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah.
Pada baris
kelima bait pertama yang memunculkan imaji perasaan yaitu:
Yang saling
memahami gairah terpendam
Begitu juga pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan
baris terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara
kita berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian
pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
d) Kata konkret
Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi “nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata
konkret sebagai berikut:
· Kuntum Demi kuntum kesepian yang
mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan yang amat sangat.
· Yang saling memahami gairah
terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan
meski tak bertemu tapi seolah bertemu dalam angan
· Sesaat kita larut dalam keheningan yang
menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana sepi dan sunyi.
· Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia.
· Kerinduan bagai awah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan
meluap-luap.
e) Sarana
Retorik / Majas
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” penyair
menggunakan gaya bahasa personifikasi, metaforan dan
hiperbola dan simile, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
· Personifikasi :Telah
kutulis jejak hujan
kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan
menghapus
jejak hujan
· Metafora :Ekor
cahaya berpantulan
· Simile :Seperti lengkung pelangi
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
f) Rima dan irama
Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam
mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu
diatur karena lebih mementingkan isi, rima pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis jejak hujan (a)
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum (u)
Demi kuntum kesepian yang mekar
seluas kalbu (u)
Dipetik hangat percakapan juga gerak
sukma (a)
Yang saling memahami gairah
terpendam (a)
Dialirkan sungai ke muara (a)
Kemudian
pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu: a-i-u-i-a
Sesaat kita larut dalam keheningan
(a)
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi (i)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
(u)
Seperti
lengkung pelangi (i)
Sehabis
hujan menyentuh telaga (a)
Pada bait
terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah barisnya, rima
pada bait terakhir yaitu: a- u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim semi yang sarat
nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung itu?(u)
Kerinduan bagai awah gunung berapi(i)
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu (u)
Adalah
puisi adalah gelombang lautan (a)
Yang
menghapus jejak hujan (a)
Di pantai hatiku. Begitulah jejak
hujan(a)
Pada
kulit dan rambutmu (u)
Menghapus
jarak dan bahasa (a)
Antara
kita berdua (a)
Irama pada Puisi “Nyanyian
Gerimis” memiliki irama perlahan dan syahdu
penuh penghayatan.
g). Enjambemen
Dalam puisi “Nyanyian Gerimis” terdapat beberapa enjambemen
diantaranya dapat diamati sebagai berikut:
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar
seluas kalbu
Jika kita
perhatikan artinya kata Kuntum merupakan
bagian dari baris selanjutnya, jika
dilihat dari tanda bacanya juga kata Kuntum
merupakan bagian dari baris selanjutnya. Sehingga
kalau kita susun menurut aturan yang umum ,baris tersebut mestinya sebagai berikut.
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tetapi
penulisan tersebut bukan tanpa kesengajaan ada maksud tertentu penyair menulis
dengan bentuk demikian. Yang dilakukan penulis tersebut bukan sekedar iseng
ataupun hanya memperindah wajah puisi belaka. Namun ada maksud tersendiri dari
penyair. Kata kuntum yang pertama sengaja dipisahkan dengan
kata setelahnya untuk menekan kata tersebut yang sekaligus menekan arti kata
kuntum seperti seorang wanita, yang tidak bisa di dapat jika kuntum yang
pertama digabungkan.
Enjambemen
juga terdapat pada baris empat dan lima yang dapat diamati sebagai berikut:
Dipetik
hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling
memahami gairah terpendam
Jika kita perhatikan baris ke
empat dan lima tersebut maka sebenarnya susunan yang benar
sesuai kaidah adalah sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak
sukma yang saling memahami
gairah terpendam
Penyairpun
ada maksud tertentu membuat sususnan baris menjadi seperti itu. Perasaan yang
timbul jika penulisan baris keempat dan lima digabungkan selain terlalu
panjang juga menimbulkan arti yang datar.
Kemudian
pada bait kedua baris terakhir juga terdapat ada enjambemen yang dapat di bandingkan sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Penulisan
sebenarnya adalah sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi sehabis hujan menyentuh telaga
Namun jika penyair menuliskan
puisi seperti bentuk kedua tentu tidak akan terjadi penekanan makna. Puisi akan
terasa datar dan pembaca kurang bisa mengambil makna yang ditonjolkan.
Kemudian
enjambemen juga terdapat pada bagian akhir yaitu:
Menghapus jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
Jika ditulis
sesuai aturan yang sebenarnya adalah
sebagai berikut:
Menghapus
jarak dan bahasa Antara kita
berdua
Namun penulisan tersebut akan mengurangi makna antara
kita berdua, sehingga penyair sengaja memisahkan baris tersebut supaya
makananya lebih menonjol.
2.
Struktur batin
a)
Tema
Dalam puisi
ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti pada baris-barispuisi berikut ini:
Kuntum
Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat baris puisi berikut:
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat letupan.
Karena kerinduan yang amat sangat
kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan kekasihnya di kala hujan
gerimis.
b)
Nada dan Suasana
Ketika kita
baca judul puisi “nyanyian gerimis” kemudian pada kata Kuntum Demi kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu, terasa sekali suasana puisi tersebut yaitu
keadaan kesepian dikala hujan menunggu membayangkan wajah
kekasih, di tambah dengan kata kata
Kerinduan bagai awah gunung berapi Sarat letupan mempertegas betapa
suasana merindu sang penyair yang terpisah oleh jarak.
Nada puisi “Nyanyian
gerimis” juga sudah dapat dilihat dari suasana puisi sehingga kata pertama puisi
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar
seluas kalbu
semakin terlihat nada puisi tersebut dinyatakan
oleh penyairnya dengan eksplisit. Karena pembaca dapat membayangkan langsung
nada dan suasana puisi tersebut yaitu orang yang kesepian
tanpa kekasih hati. Sehingga nadanya juga mengikuti tema dan suasana yaitu
pelan dan tidak berapi api namun santai dan menenangkan.
c)
Amanat
Penyair mengungkapkan rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan
menghayalkan datangnya kekasih yang menghibur hati. Sehingga penyair semakin
yakin akan cintanya yang terpisah oleh jarak dan waktu. Yang memberikan amanat
kita harus saling percaya dan terus setia pada kekasih hati meskipun jauh
dimata namun selalu dekat dihati kita. Asalkan kita menjaganya.
3.
Kaitan Unsur
Satu dengan Unsur yang lain
Dengan tema puisi “Nyanyian Gerimis” yaitu kerinduan
kepada kekasih. Yang memiliki arti seorang yang
begitu merindukan kekasih hatinya datang sehingga ia membayangkan akan
hadirnya, membayangkan parasnya dan saling bertatap muka, meskipun sebenarnya
hanya dalam kesunyian saat gerimis tiba.
Puisi ini
memiliki suasana yang tenang dan penuh penantian, itu menyebabkan nada yang juga perlahan dan dinikmati
kian dalam. Suasana hati penuh khayalan
karena kerinduan yang kian memuncak.
Tipografi pada puisi ini menggunakan
baris yang tidak beraturan dan sedikit menggunakan tanda baca. Terbukti pada
kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum
.......................
Inikah musim semi yang sarat
nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak
hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdu
Dilihat dari tipografi diatas dapat
diamati bahwa baris demi baris disusun tidak sejajar dan terlihat acak yang
juga berkaitan dengan enjambemen. Hal ini bukan sekadar untuk keindahan indrawi
namun juga untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa. Atau suasana
puisi yang bersangkutan.
Kemudian diksi yang digunakan juga
mempengaruhi suasana puisi tersebut, karena diksi yang dipakai cenderung
romantis maka suasana yang dihasilkan juga romantis dan kesetiaan. Kemudian
dari pilihan diksi yang dipilih penyair juga menimbulkan citraan tertentu atau
pengimajian. Demikian beberapa unsur puisi yang salaing berkaitan satu sama
lain.
Selanjutnya tema juga berelasi
dengan amanat, dengan tema kerinduan kepada kekasih maka amanatnyapun mengenai
sikap bagaimana menghadapi kerinduan pada kekasih.
0 Komentar untuk "TUGAS ANALISIS PUISI"