MAKALAH SEJARAH
INDONESIA
PERJUANGAN
MENGHADAPI ANCAMAN
DISINTEGRASI
BANGSA
DISUSUN OLEH :
JOKO DWI S
KELAS :
XIITPM-C
NOMOR : 10
SMK PGRI 1 NGAWI
TAHUN PELAJARAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang
kaya dengan keragaman yang dimiliki masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai
masyarakat yang plural.
Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik,
baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas,agama, atau elemen premordial lain
muncul di pentas politik sebagai prinsippaling dominan dalam pengaturan negara
dan bangsa, apalagi berkeinginan merubah
sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa
dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia
Makalan ini berjudul ‘Ancaman
Distegrasi Bangsa’ yang akan menjelaskan secara mendalam tentang apa itu
ancaman distegrasi bangsa, ancaman distegrasi bangsa yang pernah terjadi di
Indonesia, dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis masih jauh dari kata
sempurna untuk makalah ini karena masih banyak kekurangan dalam makalah ini
yang ditulis berdasarkan buku-buku dan website tentang hal yang terkait
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi berarti penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Disintegrasi berarti kebalikan dari kata integrasi, yaitu pemisahan. Ancaman Disintegrasi Bangsa berarti ancaman akan cerai berainya suatu bangsa. Di Indonesia sendiri, pada awal-awal kemerdekaanya, masih banyak ancaman-ancaman disintegrasi bangsa
Kita tahu saat ini yang
namanya persoalan integrasi bangsa mengancam dimana-mana mulai dari Sabang
sampai Marauke. Hal itu terlihat dari munculnya gerakan-gerakan separatis
diberbagai wilayah serta banyaknya konflik baik itu antara agama maupun budaya.
Banyak diantaranya yang merasa tak
percaya dengan kepemimpinan negaranya sendiri, kebanyakan mereka ingin membebaskan
diri dari belengu ketidak adilan dari pemerintah saat ini.
Sejumlah elit politik hanya berdiam
diri mementingkan kelompoknya sendiri. Bahkan, tak jarang mereka juga
mementingkan pribadinya sendiri.
Jadi dapat
disimpulkan Disintegrasi merupakan suatu keadaan yang terpecah belah dari
kesatuan yang utuh menjadi terpisah-pisah.
2.2 Pemicu Ancaman
Disintegrasi bangsa
Kondisi masa lalu tersebut identik
dengan keadaan Indonesia masa kini dimana ancaman terorisme berlatar belakang
agama Islam masih menjadi momok bagi kestabilan keamanan dalam negeri. Walaupun
akhir-akhir ini sudah jarang muncul pemberitaan mengenai penangkapan anggota
teroris, namun hal tersebut bukan serta merta meredam kemungkinan terjadinya
pemberontakan yang sama seperti halnya DI/TII.
Bahaya disintegrasi bangsa masih
menghantui bangsa ini mengingat pemerataan ekonomi dan pembangunan belum
tercapai sepenuhnya. Para pemimpin Indonesia masih asyik bermain di panggung
politik sehingga berbagai permasalahan mendasar bangsa ini seolah terlupakan.
Dalam kondisi demikian, masyarakat Islam Indonesia yang berada jauh dari akses
informasi akan mudah dibuai dan terbujuk oleh pemahaman perlunya mendirikan
sebuah negara Islam di Indonesia.
Negara Islam Indonesia bukanlah
sebuah solusi atas kondisi carut-marut bangsa ini. Lebih dari itu, negara agama
di Indonesia hanya akan menghasilkan ancaman disintegrasi bangsa sehingga
bangsa Indonesia akan terpecah-belah. Kita bisa menyaksikan saat ini Papua
sedang bergejolak. Konflik sosial di Poso juga belum sepenuhnya mereda.
Penggunaan atribut tunggal agama Islam dalam dasar negara akan meniadakan
keberagaman budaya Indonesia yang sejak lama berkembang di Nusantara.
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa Indonesia bisa mewujudkan kemerdekaannya.
Sila pertama Pancasila pun berisi Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan Tuhan pemeluk
Islam semata. Dua tertib hukum di Indonesia tersebut menjadi landasan bagi
diterimanya norma-norma berbagai agama di Indonesia yang menjiwai pelaksanaan
Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia.
Keberagaman agama dan aliran
kepercayaan di Indonesia ibarat warna-warni pelangi setelah hujan di sore hari.
Ia bisa terlihat indah karena kombinasi beberapa warna, bukan karena satu warna
saja. Ayo bersatulah Indonesia!
2.3 Ancaman Disintegrasi Bangsa
Semangat nasionalisme Indonesia
dalam wujud rasa persatuan Indonesia sudah berlangsung sejak adanya kerajaan
Sriwijaya dan Majapahit. Tapi kemudian memudar seiring dengan perjalanan waktu.
Dengan usia Indonesia yang semakin bertambah, kondisi Indonesia semakin
mengkawatirkan. Banyak pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dirinya sendiri,
sehingga disintegrasi sedang mengancam bangsa Indonesia Beberapa peristiwa yang
mengancam itu antara lain:
A. PKI MADIUN 1948
Waktu
: 1948, dengan memproklamasikan berdirina Negara Republik Soviet Indonesia
Sebab
: Hasil kesepakatan Renville menguntungkan Belanda
Pemimpin
: Muso
Cara Penumpasan: Pemerintah
mengajak Rakyat untuk menentukan sikap untuk memilih Sukarno-Hatta atau Mus
gerakan operasi Militer I dan melakukan pembridelan terhadap beberapa surat
kabar berhaluan komunis
Hasil
: Seluruh kekuatan pemberontak dapat ditumpas dan kota Madiun dapat
direbut
Munculnya PKI merupakan perpecahan
pada tubuh SI ( Sarikat Islam ) yang mendapat pengaruh ISDV ( Internasionalisme
Sosialisme Democratise Vereeniging ) yang didirikan oleh HJFM. Snevliet Dkk
pada bulan Mei 1914 di Semarang yang pada bulan Desember diubah menjadi PKI.
Pada tanggal 13 Nopember 1926
melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda. Pada tanggal 18 September
1948 MUSO memimpin pemberontakan terhadap RI di Madiun. Tujuannya ingin
mengubah dasar negara Pancasila menjadi dasar negara komunis. Pemberontakan ini
menyebarhampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil di gagalkan dengan
ditembak matinya MUSO sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.
B. DI/TII
1. JAWA BARAT
Waktu
: 14 Agustus
1947
Latar
belakang : Tidak sejalan dengan
pemerintah RI ketika terjadi perundingan Renville yang dianggap merugikan
pemerintah Indonesia
Pemimpin
: Sekarmaji Maridjan Kartosuwiryo
Cara penumpasan: Melakukan Operasi
Militer taktik pagar besi menggunakan ratusan ribu
tenaga rakyat untuk mempersempit
ruang gerak
Hasil
: Pada
tanggal 4 juni 1962 kartosuwiryo berhasil ditangkap di gunung beber oleh
pasukan siliwangi
Dipimpin oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo karena tidak setuj terhadap isi perjanjian Renville. Sewaktu TNI
hijrah ke daerah RI ( Yogyakarta ) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau
mengakui Republik Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar
negara. Untuk itu ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan
nama Darul Islam ( DI )
2. JAWA TENGAH
Waktu
: 23 Agustus 19
Latar belakang
: Mengurus penggabungan laskar –
laskar masukke dalam TNI
Pemimpin
: Amir Fatah
Cara penumpasan : Pemerintah
membentuk pasukan baru yang disebut dengan bintang raiders
Hasil
: Akhirnya dilakukan operasi guntur pada tahun 1954 gerombolan dapat
dicerai Beraikan
Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai
Sumolangu. Selama Agresi Militer Belanda ke II Amir Fatah diberi tugas
menggabungkan laskar-laskar untuk masuk dalam TNI. Namun setelah banyak
anggotanya ia beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan bagian dari
DI/TII.
3. SULAWESI
SELATAN
Waktu
: 30 April 1950
Latar
belakang : Banyak pemuda
sulawesi yg tergabung dalam PRI sulawesi ikut bertempur untuk
mempertahankan kota Surabaya
Pemimpin
: Kahar
Muzakar
Cara penumpasan : Dilakukan
penyergapan oleh pasukan TNI dan
Hasil
: Kahar
Muzakar tertembak mati
Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar.
Dia berambisi untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan APRIS ( Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat ) dan menuntut aga45r Komando Gerilya Sulawesi Selatan
( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan
tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja
yang akan menjadi tentara maka terjadilah pemberontakan tersebut.
4. ACEH
Waktu
: 20
September 1953
Latar
belakang : Setelah proklamasi Kemerdekaan
RI , di aceh terjadi pertentangan antara alim ulama dengan para kepala asla
Pemimpin
:
Tengku Daud
Cara penumpasan : Antar
prakarsa panglima kadam iskandar muda , colonel M. jann maka dilaksanakan
musyawarah kerukunan rakyat aceh
Hasil
:
Musyawarah ini mendapat dukungan dari tokoh – tokoh masyarakat aceh dan
berhasil memulihkan keamanan .
Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur
Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah Istimewa diturunkan menjadi
sebuah karesidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Ia lalu menyusun kekuatan
dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII. Pemberontakan ini dapat dihentikan
dengan jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh ( MKRA ).
5. KALIMANTAN SELATAN
Waktu
: Oktober 1950
Latar belakang
:Terjadi pemberontakkan kesatuan
masyarakat tertindas
Pemimpin
: Ibnu Hajar
Cara mengatasi
: Melakukan gerakan Operasi militer ke
Kalimantan selatan
Hasil
: Pada tahun 1954 ibnu hajar di tangkap dan di hukum mati pada 22 maret
1955Dipimpin oleh
Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya
bagian dari DI/TII dengan memperjuangkan kelompok rakyat yang tertindas. Ia dan
anak buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta melakukan tindakan
pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati.
C. APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil
)
Pemberontakan ini dipimpin oleh
Kapten Raymond Westerling bekas tentara KNIL. Tujuannya agar pemerintah RIS dan
negara Pasundan mengakui APRA sebagai tentara negara Pasundan dan agar negara
Pasundfan tidak dibubarkan/dilebur ke dalam NKRI.
D. ANDI AZIS
Waktu
: 5 Januari 1950
Latar
: belakang Menyerang gedung tempat berlangsungnya sidang kabinet
Pemimpin
: Kapten Raymond Westerling
Cara penumpasan : Pada tanggal
8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4x24 jam Andi Azis harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Hasil
: pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua
tawanan harus dilepaskan.
Beliau merupakan komandan kompi
APRIS yang menolak kedatangan TNI ke Sulawesi Selatan karena suasananya tidak
aman dan terjadi demonstrasi pro dan kontra terhadap negara federasi. Ia dan
pasukannya menyerang lapangan terbang, kantor telkom, dan pos-pos militer TNI.
Pemerintah mengeluarkan ultimatum agar dalam tempo 4 x 24 jam ia harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
E. RMS ( Republik Maluku Selatan )
Waktu
: 25 April 1950
Latar
belakang : Tidak puas dengan
terjadinya proses kembali ke NKRI
Pemimpin
: Dr.Christian Robert Steven Soumokil
Cara penumpasan
: diselesaikan secara damai dengan mengirimlkan misi dipimpin Leimena
gagal sehingga kemudian dikrimkan pasukan ekspedisi militer pimpinan
Kawilarang.
Hasil
: Sisa – sisa kekuatan RMS banyak yang melarikan diri ke pulau seram dan
membuat kekacauan akhirnya Soumokil dapat di tangkap dan jatuhi
hukuman mati
Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr.
Christian Robert Stevenson Soumokil bekas jaksa agung NIT ( Negara Indonesia
Timur ). Ia menyatakan berdirinya Republik Maluku Selatan dan
memproklamasikannya pada 25 April 1950. Pemberontakan ini dapat ditumpas
setelah dibayar mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto
dan Mayor Abdullah.
F. PRRI/PERMESTA
Waktu
: 15 Februari 1958
Latar belakang
: Keinginan adanya otonomi yg luas
Pemimpin
: Letnal Kolonel Achmad Husein
Cara penumpasan
: Operasi militer Pemerintah mengerahkan pasukan militer terbesar di
sejarah militer Indonesia
Hasil
: Operasi militer dipimpin AE Kaliurang berhasil kembali menguasai daerah
PERMESTA
Waktu
: 7 Februari 1958
Latar
belakang : Masyarakat di manado
tidak puas dengan keadaan ekonomi
Pemimpin
: Letkol Ventje Sumual
Cara penumpasan
: Pemerintah Republik Indonesia menggunakan operasi militer untuk
menghentikan pemberontakan
Setelah Pemilu I dilaksanakan,
situasi semakin memburuk dan terjadi pertentangan . Beberapa daerah merasa seolah-olah
diberlakukan secara tidak adil ( merasa dianaktirikan ) sehingga muncul gerakan
separatis di Sumatera yaitu PRRI
( Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia ) dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husen dan PERMESTA ( Piagam
Perjuangan Rakyat Semesta ) di Sulawesi Utara dipimpin oleh D.J. Somba dan
Kolonel Ventje Sumual.
G. G 30 S/PKI
Pada tanggal 30 September 1965
jam03.00 dinihari PKI melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh DN Aidit dan
berhasil membunuh 7 perwira tinggi. Mereka punya tekad ingin menggantikan
Pancasila sebagai dasar negara dengan Komunis-Marxis. Setelah jelas terungkap
bahwa PKI punya keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan :
1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan
yang dimanfaatkan oleh PKI
2. Merebut studio RRI dan kantor
besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo Edhy Wibowo dari RPKAD
3. Gerakan pembersihan terhadap
tokoh-tokoh yang terlibat langsung maupun yang mendalanginya.
Akhirnya PKI dinyatakan sebagai
partai terlarang dan tidak boleh lagi tersebar di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan
SK Presiden yang ditanda tangani pengemban Supersemar Ltjen Soeharto yang
menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret 1966.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus
diakui oleh setiap warganegara biladitinjau dari kondisi geografi, demografi,
dan kondisi sosial yang ada akanterlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan
antar golongan dijadikanpangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak
bisa diterima begitusaja.
Pendapat ini bisa benar untuk
sebuah kasus tapi belum tentu benar untukkasus yang lain. Namun ada
kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentudalam masyarakat yang beraneka
ragam yang terkadang terjadi akibat darisuatu proses sejarah atau peninggalan
penjajah masa lalu, sehinggamemerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang
arif namun tegaswalaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan
faktorberpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
Kepemimpinan (leadership) dari
tingkat elit politik nasional hinggakepemimpinan daerah, sangat menentukan
dalam rangka meredam konflikyang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik
memerlukan tingkatprofesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi
terkait secara terpadudan tidak berpihak pada sebelah pihak.
Sekilas permasalahan tersebuat
nampak biasa saja, namun apabila hal initerus terjadi dan tidak ada usaha dari
pemerintah untuk menyelesaikanpersoalan tersebut, bukan tidak mungkin
disintegrasi yang selama ini dikhawatirkan akan terwujud. Pemerintah harus dapat
merumuskan kebijakanyang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan
bangsa, yangmencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah
3.2 Saran
Untuk mendukung terciptanya
keberhasilan suatu kebijakan dan strategipertahanan serta upaya-upaya apa yang
akan ditempuh, maka disarankanbeberapa langkah sebagai berikut :
a)
Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik danterus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalismeyang berbasis multi kultural dapat
dijadikan ajaran untuk mengelolasetiap perbedaan agar muncul pengakuan secara
sadar/tanpa paksaandari setiap warga negara atas kemejemukan dengan
segalaperbedaannya.
b)
Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkattertinggi, dalam membuat
aturan atau kebijakan haruslah dapatmemenuhi keterwakilan semua elemen
masyarakat sebagai warganegara.
c)
Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan
terhadap semuaaturan dan tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah
sepertihalnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan tata
carapenyumpahan diatur dengan Undang-undang
DAFTAR PUSTAKA:
http://mkssej4.blogspot.com/2012/10/ancaman-disintegrasi-bangsa.html
http://pengensenyumblog.blogspot.com/2010/09/perjuangan-terhadap-ancaman_29.html
http://salmanazhari.blogspot.com/2010/03/bahaya-disintegrasi-bangsa-akibat.html
http://www.scribd.com/doc/86754993/Makalah-disintegrasi-bangsa
http://shshomework.blogspot.co.id/2013/03/makalah-tentang-ancaman-disintegrasi.html
0 Komentar untuk "MAKALAH SEJARAH INDONESIA PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA"