MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

MAKALAH
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Guru Pengajar :
Yoppi Bayu Satya P., S.Pd.



Disusun Oleh :
Mita Furi
Piping Dwi
Rebeka Dias
Nurul Arum
Tri Murni

SMK PGRI 1 NGAWI
Tahun Pelajaran 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kesehatan Reproduksi Remaja” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan agama dengan judul “Kesehatan Reproduksi Remaja”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.


Ngawi,                2017

Penulis



BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
                 Masalah remaja (usia >10-19 tahun) merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi karena mereka tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek yang berhubungan dengan masalah peralihan dari masa anak ke dewasa. Masalah kesehatan remaja mencangkup aspek fisik biologis dan mental social. Pada masa remaja adalah masa-masa yang rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya.
                 Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta social.
                      Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Secara global 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah, setiap hari ada 7.000 remaja terinfeksi HIV (PATH, 1998). Oleh karena itu penyebaran informasi kesehatan dikalangan remaja, perlu diupayakan secara tepat guna agar dapat memberi informasi yang benar dan tidak terjerumus terutama di institusi pendidikan sekolah.
                 Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
1.2  Perumusan Masalah
  1. Apa itu kesehatan reproduksi remaja?
  2. Mengapa remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi?
  3. Apa saja dampak negatifnya jika kita tidak bisa menjaga kesehatan reproduksi sendiri?
  4. Apa saja penyakit yang penyerang sistem reproduksi?
  5. Bagaimana cara menjaga kebersihan dan kesehatan pribadi bagi remaja



1.3  Tujuan Penelitian
  1. Agar remaja mengetahui arti dari kesehatan reproduksi remaja (KRR).
  2. Agar remaja dapat mengetahui betapa pentingnya kesehatan reproduksi remaja pada masa pubertas.
  3. Untuk mengetahui dampak negativenya jika kita tidak menjaga kesehatan reproduksi sendiri.
  4. Agar kita mengetahui berbagai penyakit yang menyerang alat reproduksi.
  5. Agar remaja dapat mengetahui cara yang baik dan benar tentang bagaimana menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
                 Dalam proses tumbuh kembang, masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Proses ini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi organ hormonal serta pengaruh lingkungan. Factor-faktor ini berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja yang didefinisikan sebagai seuatu keadaan kesehatan yang sempurna secara fisik, mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi.
                 Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (ICPD, 1994). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
                 Kesehatan reproduksi menurut Depkes (2004) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Iskandar (1995), menambahkan bahwa kesehatan reproduksi yaitu mencakup kondisi dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultur (BKKBN, 2001 ).
2.2  Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja
                 Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu pubertas yang mempunyai arti awal masa remaja. Pada masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai adanya kemampuan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut pubertas sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai perubahanmental dan akan mempengaruhi perilakumu.
                 Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena setiap orang memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya perempan mengalami pubertas lebih awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun.
                 Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan  PBB tentang pemuda kurun usia   14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah. 
                 Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:
  1. Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).
  2. Umur 5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).
  3. Umur 12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran diri (self consciousness).
  4. Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. 
  5. Perkembangan Fisik pada Remaja 
          Pada masa remaja seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Ini nampak pada organ seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan. Ciri  sekunder individu dewasa adalah pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot dan rembut sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut yang tumbuh relatif lebih kasar. Suara menjadi lebih besar, dada melebar dan berbentuk segitiga, serta kulit relatif lebih kasar. Dan pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan panggul mulai membesar, dan kulit relatif lebih halus.
Sedangkan organ kelamin juga mengalami perubahan ke arah pematangan yaitu:
  1. b) Pada pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum. Kelenjar prostat menghasilkan cairan semen, dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar dengan sendirinya secara alamiah.
  2. c) Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan uterus (rahim) untuk menerima hasil konsepsi bila ovum dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai penerima penis saat senggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Pada masa menjelang menstruasi pertama (menarch) remaja putri sangatlah sensitif. Mereka juga seringkali mengalami masa prementruasi syndrome (PMS) yang sangat berat.
          Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium dan jika tidak dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi.
  1. Perkembangan Psikosial pada Remaja
          Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anakanaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku. Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertainya yaitu:
  1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani
  2. Mencapai hubungan sosial yanglebih matang dengan teman sebaya.
  3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma.
  4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orang dewasa lain.
  5. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
  6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan  atau jabatan.
  7. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
2.3  Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
a) Hamil yang Tidak Dikehendaki (Unwanted Pregnancy)
          Kehamilan yang tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy) merupakan salah satu akibat dari kurangnya pengetahuan remajamengenai perilaku seksual remaja. Faktor lain penyebab semakin banyaknya terjadi kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) yaitu anggapan-anggapan remaja yang keliru seperti kehamilan tidak akan terjadi apabila melakukan hubungan seks baru pertama kali, atau pada hubungan seks yang jarang dilakukan, atau hubungan seks dilakukan oleh perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks dilakukan sebelum atau sesudah menstruasi, atau hubungan seks dilakukan dengan menggunakan teknik coitus interuptus (senggama terputus) (Notoadmodjo, 2007).
          Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khisbiyah (1995) terdapat responden yang mengatakan untuk menghindari kehamilan maka hubungan seks dilakukan di antara dua waktu menstruasi. Informasi itu melakukan hubungan seks diantara dua menstruasi ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan bahwa sebenarnya masa anatara dua siklus menstruasi merupakan masa subur bagi seorang wanita (Notoatmodjo, 2007).
          Kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) membawa remaja pada dua pilihan yaitu melanjutkan kehamilan kemudian melahirkan dalam usia remaja (early childbearing) atau menggugurkan kandungan merupakan pilihan yang harus remaja itu jalani. Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) terus melanjutkan kehamilannya.
          Menurut Affandi (1995) cit Notoatmodjo (2007) konsekuensi dari keputusan untuk melanjutkan kehamilan adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu. Kematian ibu yang hamil dan melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun lebih besar 3-4 kali dari kematian ibu yang hamil dan melahirkan pada usia 20-35 tahun. Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja dapat mengakibatkan resiko komplikasi pada ibu dan bayi antara lain yaitu terjadi perdarahan pada trimester pertama dan ketiga, anemia, preeklamsia, eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan tindakan operatif obstetri (Sugiharta, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004).
b) Aborsi
            Aborsi (pengguguran) berbeda dengan keguguran. Aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provokatus). Abortus provocatus yaitu kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah (abortus spontaneus) (Hawari, 2006). Data yang tersedia dari 1.000.000 aborsi sekitar 60,0% dilakukan oleh wanita yang tidak menikah, termasuk para remaja. Sekitar 70,0- 80,0% merupakan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion). Aborsi tidak aman (unsafe abortion) merupakan salah satu faktor menyebabkan kematian ibu.
            Menurut Hawari (2006), aborsi yang disengaja (abortus provocatus) ada dua macam yaitu pertama, abortus provocatus medicalis yakni penghentian kehamilan (terminasi) yang disengaja karena alasan medik. Praktek ini dapat dipertimbangkan, dapat dipertanggungjawabkan dan dibenarkan oleh hukum. Kedua, abortus provocatus criminalis, yaitu penghentian kehamilan (terminasi) atau pengguguran yang melanggar kode etik kedokteran, melanggar hukum agama, haram menurut syariat Islam dan melanggar Undang-Undang (kriminal).
c) Penyakit Menular Seksual (PMS)
            Menurut Notoatmodjo (2007), penyakit menular seksual merupakan suatu penyakit yang mengganggu kesehatan reproduksi yang muncul akibat dari prilaku seksual yang tidak aman. Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit anak muda atau remaja, karena remaja atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita penyakit menular seksual (PMS) dibandingkan kelompok umur yang lain. PMS adalah golongan penyakit yang terbesar jumlahnya (Duarsa, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004) Remaja sering kali melakukan hubungan seks yang tidak aman, adanya kebiasaan bergani-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti Sifilis, Gonore, Herpes, Klamidia. Cara melakukan hubungan kelamin pada remaja tidak hanya sebatas pada genital-genital saja bisa juga orogenital menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah genital, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital (Notoatmodjo, 2007).
            Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya resiko penularan penyakit menular seksual (PMS) pada remaja adalah faktor biologi, faktor psikologis dan perkembangan kognitif, perilaku seksual, faktor legal dan etika dan pelayanan kesehatan khusus remaja.
d) HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immunodeficiency Syndrome)
            AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan manifestasi stadium akhir infeksi virus “HIV” (Tuti Parwati, 1996) cit (Notoatmodjo, 2007). HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus RNA tunggal yang menyebabkan AIDS (Limantara, dkk, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004). Menurut Limantara (2004) cit Soetjiningsih (2004) faktor yang beresiko menyebabkan HIV pada remaja adalah perubahan fisiologis, aktifitas sosial, infeksi menular seksual, prilaku penggunaan obat terlarang dan anak jalanan dan remaja yang lari dari rumah. Perubahan fisiologis yang dapat menjadi resiko penyebab infeksi dan perjalanan alamiah HIV meliputi perbedaan perkembangan sistem imun yang berhubungan dengan jumlah limfosit dan makrofag pada stadium pubertas yang berbeda dan perubahan pada sistem reproduksi.
            Aktifitas seksual tanpa proteksi merupakan resiko perilaku yang paling banyak pada remaja. Hubungan seksual dengan banyak pasangan juga meningkatkan resiko kontak dengan virus HIV. Ada tiga tipe hubungan seksual yang berhubungan dengan transmisi HIV yaitu vaginal, oral, dan anal.
2.4  Jenis-jenis penyakit yang menyerang Reproduksi Remaja
     Jenis-jenis penyakit yang menyerang reproduksi remaja antara lain:
  1. Gonorrhea (GO)
Penyakit yang disebabkan bakteri Neisseeria gonnorreheae, masa inkubasi atau masa tunasnya 2-10 hari sesudah kuman masuk ke tuuh melalui hubungan seks.


  1. Sifilis (Raja Singa)
Penyakit yang disebabkan kuman treponema Pallidum. Masa inkubasinya atau masa tunasnya 2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. Setelah itu beberapa tahun dapat berlalu tanpa gejala.
  1. Herpes Genitalis
Penyakit yang disebabkan virus herpes simplex, dengan masa inkubasi atau masa tunasnya 4-7 hari sesudah masuk ke tubuh melalui hubungan seks.
  1. Trikomoniasis Vaginalis
Disebabkan oleh sejenis protozoa Trikomonas Vaginalis. Pada umumnya dikeluarkan melalui hubungan seks.
  1. Charcroid
Penyebabnya adalah bakteri Haemophilus ducrey, dan dikeluarkan melalui hubungan seksual.
  1. Klamida
Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh Klamida trachomatis.
  1. Kondiloma akuminata Genital Warts (HPV)
Penyebabnya adalah virus Human Paipilloma.
2.5  Penyebab timbulnya penyakit PMS/HIV yang menyerang kesehatan reproduksi remaja
  1. Hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, naik melalui vagina, dubur, maupun mulut.
  2. Jarum suntik dan alat-alat penusuk (tindik, tattoo, cukur kumis jenggot) yang tercemar HIV.
  3. Transfursi darah atau produk darah yang mengandung HIV.
  4. Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungan.
2.6  Cara menanggulangi penyakit PMS/HIV yang penyerang system reproduksi
  1. Hindari perbuatan-perbuatan yang beresiko untuk kehidupanmu kelak.
  2. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menika.
  3. Berani menolak ajakan yang beresiko tertular PMS atau HIV/AIDS.
  4. Pilih teman yang berakhlak baik.
  5. Bagi remaja yang sudah menikah harus saling setia. Artinya tidak melakukanhubungan seksual dengan orang lain.
  6. Gunakannlah masa remajamu untuk hal-hal yang bermanfaat.


2.7  Pentingnya kebersihan dan kesehatan pribadi bagi remaja
                 Kebersihan merupakan hal yang penting dalam pencegahan berbagai pengakit infeksi, menjaga kesegaran dan keindahan tubuh. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting bagi semua orang terlebih pada remaja dengan banyak aktivitas gerak dan olahraga.tubuh cepat berkeringat dan debu menempel pada tubuh sehingga perlu dibersihkan dengan segera. Kemungkinan penyakit infeksi yang timbul antara lain
  1. Infeksi pencernaan
  2. Kulit
  3. Tangan
  4. Kaki
  5. Kuku
  6. Alat kelamin
2.8  Penanganan yang Dilakukan Untuk Mencegah Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
                 Penanganan yang dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi remaja adalah melalui empat pendekatan yaitu institusi keluarga, kelompok sebaya (peer group), institusi sekolah dan tempat kerja. Institusi keluarga disini diharapkan orang tua harus mampu menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan sekaligus memberikan bimbingan sikap dan prilaku kepada remaja.
                 Peer group diharapkan mampu tumbuh menjadi peer educator yang diharapkan dapat membahas dan menangani permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Institusi sekolah dan tempat kerja merupakan jalur yang sangat potensial untuk melatih peer group ini, karena institusi sekolah dan tempat kerja ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pergaulan remaja.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
                  Kesimpulan dari makalah ini bahwa kesehatan reproduksi remaja itu sangat berkaitan erat dengan remaja pada saat mereka mengalami masa pubertas. Jika kita tidak bertanggung jawab dengan yang kita lakukan maka akan menyebabkan dampak bagi diri kita di kehidupan mendatang.
3.2 Saran
            Saran yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca bahwa hal yang paling penting bagi remaja yaitu mengendalikan nafsu birahi karena kegagalan mengendalikan nafsu birahi pada masa remaja dapat mengakibatkan kehamilan atau PMS. Mengingat pergaulan remaja saat ini yang tidak terbatas sehingga pengetahuan tentang alat reproduksi remaja sangat bermanfaat untuk mencegah dan menghindari terjadi hal-hal yang merugikan remaja.


Related : MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

0 Komentar untuk "MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA"