MACAM-MACAM
MAJAS
DISUSUN
OLEH :
ILHAM
FUAD NUR FIRDAUS (13)
X
KGSP
TUGAS
BAHASA INDONESIA
2018
MAJAS / GAYA BAHASA
1.
Pengertian
Majas
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah
pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca
mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut yang cenderung ke arah
emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun
konotasi.
2. Macam-macam Majas
Mengenai
macam-macamnya, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :
a.
Majas perbandingan
b.
Majas pertentangan
c.
Majas sindiran
d.
Majas penegasan
Berikut ini ulasannya.
A.
Majas
Perbandingan
Jenis majas ini
merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan
suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun
penggantian. Dalam majas perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa
subjenisnya.
1. Personifikasi
Gaya bahasa ini
seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Daun kelapa tersebut seakan melambai
kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di pantai.
2. Metafora
Yaitu meletakkan
sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam
bentuk ungkapan.
Contoh: Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari
komisaris perusahaan tersebut. Tangan kanan merupakan ungkapan bagi orang yang
setia dan dipercaya.
3. Asosiasi
Yaitu membandingkan
dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung bagaikan,
bak, ataupun seperti.
Contoh: Kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah
dua. Artinya, keduanya memiliki wajah yang sangat mirip.
4. Hiperbola
Yaitu mengungkapkan
sesuatu dengan kesan berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh: Orang tuanya memeras keringat agar anak
tersebut dapat terus bersekolah. Memeras keringat artinya bekerja dengan keras.
5. Eufemisme
Gaya bahasa yang
mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih
halus.
Contoh: Tiap universitas dan perusahaan sekarang
diwajibkan menerima difabel. Difabel menggantikan frasa “orang cacat”.
6.
Metonimia
Yaitu menyandingkan
merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum.
Contoh: Supaya haus cepat hilang, lebih baik minum
Aqua. Aqua di sini merujuk pada air mineral.
7. Simile
Hampir sama dengan
asosiasi yang menggunakan kata hubungan bak, bagaikan, ataupun seperti;
hanya saja simile bukan membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan
menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.
Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan
induknya.
8. Alegori
Yaitu menyandingkan
suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Suami adalah nakhoda dalam mengarungi
kehidupan berumah tangga. Nakhoda yang dimaksud berarti pemimpin keluarga.
9. Sinekdok
Gaya bahasa terbagi
menjadi dua bagian, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem
pro parte. Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara itu, sinekdok
totem pro parte adalah kebalikannya, yakni gaya bahasa yang menampilkan
keseluruhan untuk merujuk pada sebagian benda atau situasi.
Contoh:
Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni
belum juga kelihatan.
Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England
hingga delapan kali berturut-turut.
10.
Simbolik
Gaya bahasa yang membandingkan
manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh: Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
B.
Majas
Pertentangan
Majas pertentangan
merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan
dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini
dapat dibagi menjadi beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1. Litotes
Berkebalikan dengan
hiperbola yang lebih ke arah perbandingan, litotes merupakan ungkapan untuk
merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya.
Contoh: Selamat datang ke gubuk kami ini. Gubuk
memiliki artian sebagai rumah.
2. Paradoks
Yaitu membandingkan
situasi asli atau
fakta dengan situasi yang berkebalikannya.
Contoh: Di tengah ramainya pesta tahun baru, aku
merasa kesepian.
3. Antitesis
Yaitu memadukan
pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Film tersebut disukai oleh tua-muda.
4. Kontradiksi Interminis
Gaya bahasa yang menyangkal
ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi,
seperti kecuali atau hanya saja.
Contoh: Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali
mereka yang berada di perbatasan.
C.
Majas
Sindiran
Majas sindiran
merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang
ataupun perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis,
yaitu sebagai berikut.
1. Ironi
Yaitu menggunakan
kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk
mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
2. Sinisme
Yaitu menyampaikan
sindiran secara langsung.
Contoh: Suaramu keras sekali sampai telingaku
berdenging dan sakit.
3.Sarkasme
Yaitu menyampaikan
sindiran secara kasar.
Contoh: Kamu hanya sampah masyarakat tahu!
D.
Majas
Penegasan
Majas penegasan
merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada
pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Jenis ini dapat
dibagi menjadi tujuh subjenis, yaitu sebagai berikut.
1. Pleonasme
Yaitu menggunakan
kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang
sengaja untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Ia masuk ke dalam ruangan tersebut dengan
wajah semringah.
2. Repetisi
Gaya bahasa ini mengulang
kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang
mengambil kalungku.
3. Retorika
Yaitu memberikan
penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab.
Contoh: Kapan pernah terjadi harga barang kebutuhan
pokok turun pada saat menjelang hari raya?
4. Klimaks
Yaitu mengurutkan
sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa,
hingga orang tua seharusnya memiliki asuransi kesehatan.
5. Antiklimaks
Berkebalikan dengan
klimaks, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan
suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang
tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.
6. Pararelisme
Gaya bahasa ini biasa terdapat dalam puisi,
yakni mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika
pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang
diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Kasih
itu sabar.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
Kasih itu lemah lembut.
Kasih itu memaafkan.
7. Tautologi
Yaitu menggunakan
kata-kata bersinonim untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.
Contoh: Hidup akan terasa tenteram, damai, dan
bahagia jika semua anggota keluarga saling menyayangi.
0 Komentar untuk "4 MACAM MAJAS"